Gangguan Bipolar merupakan bentuk gangguan kejiwaan yang masuk kategori kronik dan serius. Namun, ada kabar baik bagi Anda, ternyata bentuk gangguan bipolar bisa dikendalikan.
Melalui serangkaian diagnosis yang akurat dan terapi yang optimal, gangguan bipolar bisa diatasi, termasuk memperkecil resiko bunuh diri. Perbaikan kualitas hidup pada penderita bipolar bisa dipenuhi melalui deteksi dini dan edukasi.
Sanak keluarga atau orang-orang terdekat dari penderita gangguan bipolar hendaknya turut memberikan dukungan kesabaran, optimis, ketekunan dan pantang menyerah saat menjalani terapi. Hal ini diungkapkan oleh Tuti Wahmurti, Perwakilan Majelis Kehormatan Profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI).
“Strategi terapinya bisa disesuaikan kondisi pasien. Ada fase terapi akut, fase terapi berkelanjutan (continuation treatment phase) dan fase terapi pemeliharaan (maintenance treatment phase),” kata Tuti dalam seminar ‘Gangguan Bipolar: Dapatkah Dikendalikan?’ di Hotel JW Marriott Jakarta, Rabu (25/4).
Ia mengatakan, menunda diagnosis dan perawatan pada penderita gangguan bipolar malah mengakibatkan depresi yang berat bagi mereka. Bila kondisi semacam ini semakin memburuk, mereka cenderung tidak bisa dikendalikan.
“Gangguan bipolar perlu dikendalikan. Salah satunya adalah melalui pengobatan yang benar. Selain itu, perlu dipahami, penderita bipolar tidak untuk dihindari, melainkan mereka harus diberi kenyamanan dan kehangatan dari orang-orang di sekitarnya,” jelas Tuti.
Gangguan bipolar merupakan bentuk gangguan jiwa yang bersifat episodik atau berulang dalam jangka waktu tertentu. Gangguan ini biasa dimulai dari simtom-simtom perubahan mood (suana hati) dan bisa terjadi seumur hidup.
Terdapat lima episode bipolar yaitu, depresi, campuran, eutimia, manik, dan hipomanik. Lebih buruk lagi, penderita gangguan bipolar memiliki potensi lebih besar untuk melakukan bunuh diri dibandingkan penderita Skizofrenia.
Penyebab gangguan bipolar bersifat multifaktor atau memiliki banyak sebab. Beberapa faktor tersebut meliputi faktor biologi otak, genetik, dan pengalaman hidup yang dapat mengakibatkan stres.
Tidak ada komentar