Belakangan ini banyak merebak kabar terkait pesinetron Marshanda yang diduga mengalami gangguan bipolar sehingga harus dirawat di rumah sakit dengan paksaan. Beberapa pihak menilai kontroversi yang berkaitan dengan emosinya terjadi akibat masalah gangguan bipolar, yakni gangguan kejiwaan yang didasari oleh gangguan alam perasaan atau mood disorder.
Namun, kabar tersebut masih merupakan dugaan semata karena Marshanda belum pernah menkonfirmasi atau mengklarifikasinya. Menurut dr Agung Kusumawardhani, SpKJ(K), Kepala Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan bipolar tidak bisa hanya dengan observasi.
"Kami (dokter) tidak bisa mengatakan seseorang bipolar atau tidak tanpa pemeriksaan. Harus dengan pemeriksaan detail. Harus dapatkan dari pasien apa yang sebenarnya ada di pikiran dia. Apa ide yang dia rasakan. Baru bisa menegakkan diagnosis apakah idenya berlebih, seperti ide yang megalomania atau malah idenya biasa saja. Apakah memang sehari-harinya seperti itu,"
Dilanjutkannya, bahwa dokter bisa mengatakan pasiennya mengalami masalah kejiwaan bila terjadi distress, yakni pasien mengalami keluhan gejala klinis yang mengganggu. Kemudian, petunjuk lain adalah bila pasien mengalami hendaya atau disfungsi, seperti hendaya sosial, yakni pasien tidak bisa berinteraksi dengan orang lain dan hendaya pekerjaan, yakni pasien tidak bisa bekerja.
"Bila hal-hal itu terjadi, maka baru bisa dikatakan ada masalah kejiwaan. Namun, orang yang terkena masalah juga bisa mengalami mood swing (perubahaan mood) atau depresi. Tetapi, bila dua sampai tiga hari kembali normal ya berarti tidak ada masalah," tuturnya.
Sedangkan, terdapat kategori kriteria waktu untuk gangguan kejiwaan tertentu. Untuk bipolar, dijelaskannya, terdapat dua fase yang merupakan gejala utama, yakni fase depresi dan fase mania. Masing-masing fase tersebut berlangsung sedikitnya dua pekan secara terus menerus setiap hari.
"Fase depresi, penderita bipolar bisa mengurung diri, tidak ada semangat, sedih, muncul pikiran-pikiran pesimis, bahkan mungkin muncul ide-ide bunuh diri. Sedangkan, fase mania kebalikan dari depresi, yakni pasien sangat bersemangat, aktif, tidak butuh tidur karena merasa tenaganya tidak habis-habis, banyak ide-ide kreatif, merasa dirinya hebat dan hal-hal lain tentang kehebatan diri," terang dr. Agung.
Tidak ada komentar