Gangguan bipolar adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang bisa terjadi berulang kali dalam jangka waktu tertentu. Bentuk gejala bipolar bisa ditandai dengan gejala perubahan perasaan (mood).
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr. AAA Agung Kusumawardhani, SpKJ (K) dalam sebuah seminar beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa deteksi awal merupakan bentuk penanganan penting pada bentuk gangguan bipolar, berupa edukasi pada masyarakat, serangkaian tes dan survei.
“Ini sebagai proses awal. Proses selanjutnya dapat dilakukan melalui pemeriksaan lanjut dalam bentuk wawancara klinis dan diagnosis dini,” kata dia serta menambahkan kadang deteksi gangguan bipolar butuh waktu lama.
Setelah gangguan bipolar tersebut dideteksi, ia menambahkan, maka penderita bisa mendapatkan terapi untuk mengontrol dampak yang diakibatkan oleh gangguan tersebut pada kualitas hidup.
Menurut Perwakilan Majelis Kehormatan Profesi PDSKJI Prof. Dr. Tuti Wahmurti A. Sapiie, SpKJ(K), penanganan pada bentuk gangguan bipolar dapat diatasi dengan melakukan terapi multifase secara berturut-turut. Diantaranya seperti terapi psikofamaka dan psikososial.
“Terapi harus bersifat menyeluruh, seperti obat, psikoterapi, serta dukungan keluarga dan masyarakat,” jelasnya.
Ia mengatakan, bentuk terapi multifase merupakan cara yang efektif mencegah komplikasi karna gangguan bipolar. Berbagai dampak dari gangguan ini seperti gangguan pekerjaan, masalah relasi, narkoba, hingga bunuh diri.
Pada fase terakhir, ia menjelaskan, pada tahap selanjutnya penderita gangguan bipolar diharapkan mampu merespon bila terjadi perubahan mood. Kemampuan ini bisa dilatih saat terapi.
Ketekunan, ketabahan dan optimisme merupakan faktor lain yang ikut mendukung penyembuhan. Bukan hanya berlaku pada penderita, namun juga pihak keluarga dalam pendampingan.
Tidak ada komentar