Orang dengan jenis gangguan bipolar II, merespon pengobatan antidepresi atau penstabil mood, atau kombinasi keduanya. Meskipun responnya serupa, orang yang menerima pengobatan keduanya memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang hanya menerima satu pengobatan saja.
Ini menunjukkan terapi kombinasi (antidepresi dan penstabil mood), yang merupakan pengobatan yang paling umum direkomendasikan dalam praktik klinis, mungkin merupakan pilihan yang paling tidak diinginkan untuk beberapa pasien, kata periset.
Orang dengan gangguan bipolar II mengalami episode depresi yang kadang-kadang beralih ke episode hipomanik, namun tidak seperti orang dengan gangguan bipolar I, mereka tidak mengalami episode manic sepenuhnya.
Mania adalah keadaan gairah yang meningkat dan mood yang meningkat; hipomania adalah versi lemah dari keadaan manik.
Pengobatan untuk gangguan bipolar II bervariasi. Hanya ada beberapa panduan perawatan yang ditujukan untuk jenis gangguan bipolar ini. Sebagian besar panduan menyarankan penggunaan obat yang sama seperti untuk gangguan bipolar I.
Dokter secara rutin meresepkan antidepresan bersamaan dengan penstabil mood, namun ada kekhawatiran bahwa menggunakan antidepresan dapat meningkatkan risiko pasien "beralih ke" keadaan hipomanik.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti memeriksa 142 pasien menanggapi tiga pengobatan yang berbeda: satu kelompok menerima sertraline antidepresan SSRI, sementara kelompok lain menerima lithium penstabil mood, dan kelompok ketiga menerima kombinasi keduanya.
Lebih dari 16 minggu penelitian, para peneliti melacak suasana hati partisipan dan menilai jumlah perubahan mood. Secara keseluruhan, 20 peserta (14 persen) beralih pada hypomania, yang sebagian besar terjadi dalam lima minggu pertama pengobatan.
Tingkat pengalihan tidak berbeda dengan ketiga kelompok pengobatan. Temuan ini mendukung gagasan bahwa, tidak seperti pada pasien bipolar I, pengobatan antidepresan saja mungkin tepat dan aman untuk beberapa pasien dengan gangguan bipolar II, kata periset.
Respon terhadap pengobatan ini tinggi di semua kelompok. Lima puluh tujuh persen dari semua peserta menunjukkan perbaikan gejala yang cukup pada akhir penelitian.
Secara keseluruhan, sekitar 56 persen peserta tidak menyelesaikan penelitian. Sekitar 23 persen peserta putus karena efek samping obat-obatan, risikonya tidak berbeda secara signifikan antar kelompok.
Namun, kemungkinan drop dengan alasan apapun secara signifikan lebih tinggi pada kelompok perlakuan kombinasi: Sekitar 70 persen peserta dalam kelompok tersebut drop, dibandingkan dengan 42 persen di kelompok sertraline dan 55 persen pada kelompok lithium.
Temuan menunjukkan bahwa pengobatan dengan lithium saja, atau sertraline saja mungkin merupakan pilihan yang lebih baik untuk beberapa pasien daripada terapi kombinasi.
Tim peneliti ini dipimpin oleh Trisha Suppes, M.D., Ph.D. simpulan penelitiannya dapan dilihat di BRAIN & BEHAVIOR
Tidak ada komentar